Tuesday, March 10, 2009

Tamuku Dari Kalipancur

Saudara-saudaraku yang dikasihi Allah subhanahu wata'aalaa. Pada hari Minggu 15 Pebruari yang lalu saya didatangi dua orang Ibu, bu Atmi dan bu Kustini. Mereka adalah orang-orang dhuafa dari RT10 RW2 Kel Kalipancur Kec. Ngaliyan.

1. Bu ATMI

Bu Atmi memiliki suami bernama pak Wijiono bekas sopir angkot yang berhenti karena kecelakaan mobil angkotnya terbakar 3 tahun lalu. Akibat kecelakaan itu beliau menjadi tuna rungu, kulit sekujur tubuhnya rusak akibat luka bakar dan bicaranya cedal. Beliau sekarang tetap gigih bekerja sebagai pemecah batu di tepian sungai Garang Semarang.

Pak Wiji dan Bu Atmi yang serba kurang ini memiliki 2 orang anak, anak pertamanya sudah putus sekolah 3 tahun lalu sejak bapaknya berhenti dari sopir angkot, sedangkan satu anaknya lagi sekarang kelas 3 di SMP Kristen Tugu Suharto. Anak yang kedua ini sekarang juga sedang terancam putus sekolah lagi akibat ibunya tidak mampu membayar biaya Ujian Nasional dan Ujian Sekolah sebesar Rp. 375.000,-.

Ketika saya tanya : " Bu kok tidak minta keringanan......"

Belia menjawab :

"Sudah Pak Haji", begitu dia memanggil saya,

" Saya sudah meminta keringanan, harusnya lima ratus ribu, dan itu sudah mepet (tidak boleh turun lagi)".

Saya hanya bisa menghela nafas.....
Saya tidak tega melihat satu anaknya sudah putus sekolah dan satu anak lagi juga terancam kasus yang sama karena kemiskinan, maka saya katakan kepada beliau:

"Baiklah Bu sekarang saya belum siap dana, jadi saya belum bisa janji, tapi coba 2 minggu dari sekarang (tanggal 1 Maret)", sekarang ibu silahkan pulang dan berdoalah kepada Allah, karena hanya Allah-lah yang bisa menolong Ibu dan keluarga".

1. Bu KUSTINI

Bu Kustini juga tidak jauh berbeda, pekerjaannya hanyalah penambang pasir di sungai kaligarang. Jika kondisi baik beliau bisa memperoleh sekitar Rp. 70.000,- seminggu. Pendapatan yang sangat minim, kekurangannya beliau mencari kesana-kemari, bahkan, maaf, kadang harus mengemis, meskipun saya yakin sekali itu tidak diinginkannya. Tapi keadaan memaksa, apalagi kondisi banjir seperti sekarang ini, menambang pasir tidak bisa diharapkan.

Beliau sekarang juga sedang kesulitan untuk membayar tunggakan 2 bulan anaknya yang bernama Siti sholihah kelas 4 SD. Dan juga 2 bulan tunggakan anaknya yang masih di TK.
Masya Allah .......

PERLU PERHATIAN KITA

Saudara-saudaraku yang dilimpahi kekayaan dan senantiasa diberi kemudahan, ini hanyalah salah satu kasus saja. Masih ada puluhan keluarga di daerah ini yang kondisinya serupa dengan Bu Atmi dan Bu Kustini. Mereka adalah orang-orang yang rawan akidah.

Yang membuat saya trenyuh dengan mereka adalah, dalam keadaan seperti itu mereka masih bagus menjalankan ibadah. Kedua ibu itu dan juga ibu2 lainnya kalau datang kerumah kami selalu pakai jilbab, dan sebagian mereka memang sehari-hari pakai jilbab. Tekun menghadiri pengajian rutin meskipun kekurangan ustadh (pembicara).

Jika ada yang tertarik untuk mengulurkan tangan kami siap lho menyalurkannya kepada saudara-saidara kita di Kalipancur sana. Apalagi kalau sekali waktu sempat nengok ke sana pasti mereka akan menyambut dengan suka-cita.

Bantuan bisa berupa apapun, uang tunai, pakaian pantas pakai atau apapun termasuk IDE KREATIF bagaimana mengentaskan mereka dari belenggu kemiskinan. Juga ladang dakwah bagi para ustadh, hayo siapa yang bersedia ngisi pengajian di sana (gratis lho tapinya....)

Semoga bisa menjadi ladang amal untuk menuai pahala....

No comments: